————————————————————————————————————————
PADA masa lalu, jauh sebelum adanya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di Nusantara ini berdiri sejumlah negara kerajaan independen yang tersebar di berbagai daerah dari barat hingga timur; termasuk di kawasan Sunda (Jawa Barat dan sekitarnya). Di kawasan ini pada zaman dahulu (dari sekitar abad ke-2 M hingga abad ke-19 M) pernah berdiri beberapa kerajaan besar, seperti Salakanagara, Tarumanagara, Sunda, Galuh, Pajajaran atau Sunda-Pajajaran, Sumedanglarang, serta Kesultanan Cirebon dan Banten.
Sunda sebagai nama kerajaan di Jawa Barat dan sekitarnya pada zaman dahulu muncul pada sekitar pertengahan abad ke-7 M, setelah berakhirnya masa kerajaan Tarumanagara. Kerajaan penerus Tarumanagara ini berdiri selama sekitar 8 abad, dari tahun 669 M hingga tahun 1482 M. — Wilayah kekuasaannya pada awalnya hanya terdiri atas bagian wilayah Banten, Jakarta dan sebagian Jawa Barat bagian barat hingga perbatasan Sungai Citarum (karena pemisahan wilayah Galuh di bagian di timur), namun setelah menyatu kembali dengan Galuh wilayahnya kemudian meliputi seluruh bagian pulau Jawa bagian barat, dari mulai Banten, Jakarta dan seluruh Jawa Barat hingga sebagian wilayah Jawa Tengah bagian barat dengan batas alam kali Pemali (Cipamali) Brebes dan sekitarnya.
SEJARAH AWAL BERDIRINYA KERAJAAN SUNDA : Awalnya di jaman akhir Tarumanagara yang telah memudar menantu raja terakhir dari kerajaan Tarumanagara (menantu Maharaja Linggawarman), yang bernama Tarusbawa (yang berasal dari kawasan Sunda Sembawa) sebagai raja pengganti pada tahun 669 M merubah nama Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Perubahan nama ini mungkin dimaksudkan untuk membangkitkan suasana dan semangat baru dalam membangun negara, namun sangat disayangkan hal ini justru memicu perpecahan, karena kawasan Galuh di timur (dengan rajanya kala itu bernama Wretikandayun) yang tidak setuju akan hal tersebut lalu memisahkan diri. Namun hal ini tidak berlangsung selamanya, karena pada masa raja-raja selanjutnya terjadi penyatuan kembali; hingga mencapai puncak penyatuan pada masa raja Sri Baduga Maharaja di mana Sunda dan Galuh secara utuh menyatu kembali dalam satu negara kerajaan Sunda dengan nama baru yang lebih dikenal dengan sebutan Sunda Pajajaran.
Peta wilyah kerajaan Sunda dan Galuh (dari Wikipedia) |
Tentang awal-mula kawasan yang disebut Sunda Naskah Wangsakerta pada bagian mengenai Jawadwipa (yang mungkin hal ini berkaitan erat dengan prasasti Pasir Muara Cibungbulang Bogor = Prasasti Juru Pangambat dari abad ke-6 M; serta dengan piagam tembaga Kebantenan dari abad ke-15/16 M), disebutkan sebagai berikut, bahwa : Sebelumnya sebetulnya sudah ada nama Sunda, namun Sunda kala itu baru sebagai suatu kerajaan daerah di bawah kekuasaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara sendiri mempunyai ibukota yang bernama Sundapura, yang letaknya mungkin di sekitar Bekasi atau di sekitar kawasan pesisir antara Jakarta dan Bekasi). — Di luar itu ada lagi yang disebut Sunda Sambawa atau Sunda Sembawa tempat asal Tarusbawa. Dengan adanya sebutan Sunda Sembawa ini lalu timbul suatu pertanyaan mendasar apakah Sunda Sembawa (= Sunda Awal) itu adalah nama lain dari Sundapura dalam sebutan di kemudian hari, ataukah kawasan khusus lainnya yang lebih tertuju kepada daerah pedalaman di sekitar Bogor tempat ditemukannya prasasti Juru Pangambat yang menyebut-nyebut nama Sunda, di mana kemudian kawasan tempat asal Tarusbawa dan leluhurnya tersebut (Sunda Sembawa) dijadikan sebagai nama sekaligus pusat kerajaan Sunda. Untuk menjawab hal ini mungkin diperlukan kajian lain yang lebih mendalam, yang jelas kemudian pusat kerajaan Tarumanagara yang telah berubah menjadi Sunda beralih dari daerah pesisir di sekitar Bekasi ke daerah pedalaman di sekitar Bogor kini.
Nama Sunda sebagai nama kerajaan penerus Tarumanagara terus berlanjut hingga berdirinya Pajajaran atau secara lengkapnya disebut Kerajaan Sunda Pajajaran (pada abad ke 15/16); di mana orang Portugis pada awal abad ke-16 menyebut kerajaan tersebut dengan sebutan Sunda, atau dengan lidah mereka disebut Cumda (Regna da Cumda) atau Sonda.
Raja terakhir kerajaan Sunda adalah Susuktunggal (1382 – 1482 M). Setelah itu lalu berdirilah Pajajaran (Sunda Pajajaran) dengan raja pertamanya adalah Sri Baduga Maharaja (keponakan sekaligus menantu Susuktunggal), atau yang lebih dikenal di masyarakat banyak dengan julukan Prabu Siliwangi.
———————————————
RAJA-RAJA KERAJAAN SUNDA
Selama berdiri kurang-lebih sekitar 8 abad (dari tahun 669 M hingga tahun 1482 M) kerajaan Sunda pernah dirajai oleh 34 orang Raja, yakni :
1. | Tarusbawa | 669 – 723 M |
2. | Sanjaya | 723 – 732 M |
3. | Tamperan Barmawijaya | 732 – 739 M |
4. | Rakeyan Banga | 739 – 766 M |
5. | Rakeyan Medang Prabu Hulukujang | 766 – 783 M |
6. | Prabu Gilingwesi | 783 – 795 M |
7. | Pucukbumi Darmeswara | 795 – 819 M |
8. | Rakeyan Wuwus Prabu Gajahkulon | 819 – 891 M |
9. | Prabu Darmaraksa | 891 – 895 M |
10. | Windusakti Prabu Dewageng | 895 – 913 M |
11. | Prabu Pucukwesi | 913 – 916 M |
12. | Rakeyan Jayagiri | 916 – 942 M |
13. | Atmayadarma Hariwangsa | 942 – 954 M |
14. | Limburkancana | 954 – 964 M |
15. | Munding Ganawirya | 964 – 973 M |
16. | Rakeyan Wulunggadung | 973 – 989 M |
17. | Brajawisesa | 989 – 1012 M |
18. | Dewa Sanghiyang | 1012 – 1019 M |
19. | Sanghiyang Ageng | 1019 – 1030 M |
20. | Sri Jayabupati | 1030 – 1042 M |
21. | Darmaraja | 1042 – 1065 M |
22. | Langlangbumi | 1065 – 1155 M |
23. | Prabu Menakluhur | 1155 – 1157 M |
24. | Darmakusuma | 1157 – 1175 M |
25. | Darmasiksa | 1175 – 1297 M |
26. | Ragasuci | 1297 – 1303 M |
27. | Citraganda | 1303 – 1311 M |
28. | Linggadewata | 1311 – 1333 M |
29. | Linggawisesa | 1333 – 1340 M |
30. | Ragamulya | 1340 – 1350 M |
31. | Prabu Maharaja Linggabuana | 1350 – 1357 M |
32. | Bunisora Suradipati | 1357 – 1371 M |
33. | Niskala Wastukancana | 1371 – 1475 M |
34. | Susuktunggal | 1382 – 1482 M |
Kaitan dengan ini selanjutnya lihat : Sejarah kerajaan-kerajaan di kawasan Sunda atau Jawa Barat dan sekitarnya.
————————————————————————————————————————